Marsinah, Buruh Pabrik Arloji Resmi Diberi Gelar Pahlawan Nasional
Pati, 10 November 2025 — PNETWORK
Lebih dari tiga dekade setelah jasadnya ditemukan tak bernyawa di sebuah gubuk di Dusun Jegong, Nganjuk, nama Marsinah kembali bergema. Buruh perempuan yang tewas pada Mei 1993 itu kini diusulkan menjadi Pahlawan Nasional, sebagai simbol perjuangan kelas pekerja dan keberanian melawan ketidakadilan di masa Orde Baru.
Perempuan Biasa, Perlawanan Luar Biasa
Marsinah lahir di Desa Nglundo, Nganjuk, pada 10 April 1969. Hidup dalam kesederhanaan, ia tumbuh menjadi sosok tangguh. Selepas remaja, Marsinah merantau ke Surabaya dan bekerja di pabrik jam tangan PT Catur Putra Surya (CPS), Porong, Sidoarjo. Di sinilah semangat juangnya tumbuh.
Saat pemerintah provinsi menetapkan kenaikan upah minimum buruh pada 1993, perusahaan tempatnya bekerja justru menolak melaksanakan kebijakan itu. Marsinah menolak diam. Ia memimpin aksi solidaritas, mendorong rekan-rekannya untuk menuntut hak yang dijanjikan negara.
Namun, keberaniannya berujung tragis. Setelah serangkaian aksi mogok kerja, Marsinah dilaporkan hilang pada 5 Mei 1993. Tiga hari kemudian, tubuhnya ditemukan penuh luka. Ia meninggal dunia pada usia 24 tahun.
Kasus ini menjadi salah satu pelanggaran HAM paling kelam dalam sejarah perburuhan Indonesia. Hingga kini, pelakunya tak pernah benar-benar diadili.
Presiden Prabowo Dukung Gelar Pahlawan Nasional
Pada peringatan Hari Buruh Internasional (1 Mei 2025) di Monas, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan dukungannya agar Marsinah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Dukungan itu datang atas desakan serikat buruh yang menilai Marsinah telah menjadi simbol keberanian dan keteguhan kaum pekerja.
"Perjuangan Marsinah adalah perjuangan untuk keadilan dan martabat manusia," ujar Prabowo di hadapan ribuan buruh saat itu.
Pemerintah Kabupaten Nganjuk kemudian menindaklanjuti dukungan tersebut dengan mengajukan usulan resmi ke Kementerian Sosial. Nama Marsinah kini masuk dalam daftar 40 tokoh yang diajukan untuk menerima gelar Pahlawan Nasional tahun 2025.
Namun, Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menegaskan, proses penetapan masih panjang dan tidak bisa dilakukan tahun ini. "Perlu kajian mendalam dari tim pengkaji nasional. Kita ingin penghargaan ini tidak hanya simbolik, tetapi benar-benar menghargai nilai perjuangannya," ujarnya.
Lebih dari Sekadar Nama di Batu Nisan
Bagi banyak aktivis buruh, pengakuan terhadap Marsinah bukan hanya soal gelar. Ini tentang pengakuan negara terhadap perjuangan buruh perempuan, terhadap keberanian menentang kekuasaan yang menindas, dan terhadap nilai kemanusiaan yang ia pertahankan hingga akhir hayat.
"Menjadikan Marsinah pahlawan nasional berarti meneguhkan bahwa keadilan sosial adalah bagian dari cita-cita kemerdekaan," kata Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal.
Simbol Perjuangan yang Tak Pernah Padam
Marsinah telah lama hidup dalam lagu, puisi, dan mural di berbagai kota. Namanya dijadikan simbol perjuangan, seperti Kartini dari kalangan buruh. Ia bukan pejabat, bukan politisi, tapi keberaniannya melampaui batas waktu dan status sosial.
Kini, ketika Indonesia tengah berbenah dalam kesejahteraan buruh dan reformasi ketenagakerjaan, pengakuan terhadap Marsinah bisa menjadi titik balik moral bangsa.
Hari ini, Senin, 10 November 2025, Marsinah, Ditetapkan oleh Presiden Prabowo menjadi pahlawan nasional pertama dari kalangan buruh perempuan, sebuah penanda bahwa perjuangan untuk keadilan tidak selalu harus memanggul senjata — cukup dengan keberanian berkata benar di hadapan kekuasaan.
(pn/)
0 komentar: