Sabtu, Agustus 12, 2017

Ngatemi, Sosok Petani Kekinian dari Kudus

Muriapos.com - Kudus, Upaya keras dari  Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Kudus melakukan mekanisasi dunia pertanian tidak hanya berhasil menarik para pria, namun juga perempuan. Hal ini terbukti saat seorang perempuan mengoperasikan mesin combine harvester untuk panen padi di desa Ngemplak Kecamatan Undaan, Kamis (10/08/17).

Ahmad Marzuki, PPL Desa Ngemplak, mengungkapkan bahwa perempuan yang menjadi operator mesin combine harvester tersebut bernama Ngatemi.

dok: Dispertan Kudus
“Ini adalah hasil pelatihan alsintanoleh Dinas Pertanian dan Pangan Kudus pada tanggal 31 Juli lalu. Setelah ikut pelatihan, kemudian belajar praktik. Nah, sekarang setelah pintar dia melakukan langsung panen di lahan P3A (Perkumpulan Petani Pengguna Air) Desa Ngemplak. Semoga dengan adanya Ngatemi ini, akan menarik minat perempuan muda lainnya untuk menjadi operator mesin pertanian. Sebab kerjanya tidak terlalu berat dibandingkan kalau panen secara manual ,” kata Ahmad Marzuki di Kantor BPP Kecamatan Undaan.

“Ini nanti kalau mbak Ngatemi sudah makin dikenal, pasti akan kewalahan menerima panggilan panen pakai mesin. Karena biaya panen padi menggunakan Combine Harvester lebih murah dibandingkan tenaga manual” guraunya.

Ngatemi usai menjalankan mesin panen Combine Harvester mengaku bila belajar menjadi operator membutuhkan waktu satu hari. Saat acara pelatihan dia tidak ikut naik ke mesin tersebut karena belum merasa percaya diri.

“Lainnya kan laki-laki. Apalagi melihat yang dari Desa Karangrowo, malah masih muda. Umurnya baru 22 tahun. Lah saya kan sudah lebih tua. Jadi sungkan. Kemudian hari berikutnya pas alatnya istirahat, saya didampingi PPL Ngemplak belajar menjalankan mesinnya ,” ucap Ngatemi.

Perempuan berusia 37 tahun itu mengaku ditunjukkan bagaimana menghidupkan lalu memindahkan tuas-tuas. Selanjutnya cara menjalankan mesin dan berbelok.

“Itu, mindahkan persneling dari satu ke dua pada awalnya sedikit kesulitan. Mungkin karena masih grogi dan tegang ya ,” tukasnya sembari tertawa.

Namun setelah beberapa kali putaran, dia mulai hafal dengan mesin combine harvester berukuran sedang tersebut. Setelah mahir, kemudian melakukan langsung panen padi milik Abu Bakar.

“Ternyata kalau panen lebih mudah dan enak menggunakan mesin ini. Nggak kepanasan karena ada atapnya. Tenaga juga tidak berat, cuman butuh tenaga memindahkan tuas-tuas. Beda kalau panen manual biasa. Harus bungkuk-bungkuk memotongi batang padi kemudian mengangkut ke pinggir. Lha kalau saya panennya pakai mesin ini, nanti bagian yang mengangkat gabah di karung oleh bapak-bapak ,” cerita ibu dua anak itu.

Setelah mahir, perempuan muda ini mampu menyelesaikan panen satu petak tanaman padi hanya dalam waktu satu jam. Hal ini tentu berbeda apabila tenaga manual, karena membutuhkan waktu setengah hari. Sedangkan untuk luas sawah satu hektar, Ngatemi hanya butuh waktu sampai adzan Dluhur. (dpk)

SHARE THIS

Author:

0 komentar: