Rabu, Oktober 15, 2025

Senangnya Pedagang Angkringan Ini Bisa Bekerja di Dapur MBG

๐—ฆ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฑ๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—”๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ฟ๐—ถ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—œ๐—ป๐—ถ ๐—•๐—ถ๐˜€๐—ฎ ๐—•๐—ฒ๐—ธ๐—ฒ๐—ฟ๐—ท๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ ๐——๐—ฎ๐—ฝ๐˜‚๐—ฟ ๐— ๐—•๐—š

Suara denting panci terdengar dari dapur yang sibuk di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Jalan Pattimura, Desa Jepangpakis, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Di sana, Tri Sugianto (58), berdiri bersama rekan-rekannya yang tengah menyiapkan makan siang bagi ratusan siswa penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG).



Dengan seragam sederhana dan wajah ramah, dia bercerita tentang perjalanan hidupnya, dari pedagang angkringan hingga menjadi pengawas dapur program pemerintah ini.



"Saya dulu jualan angkringan di GOR. Menunya kopi dan makanan ringan," kata Tri membuka cerita.



Hidupnya mulai berubah, ketika seorang rekan menawarkan pekerjaan di dapur penyedia makanan untuk program MBG.



"Saya mau, dan akhirnya mulai bekerja di sini sejak bulan April. Sampai sekarang," ujarnya.



Bagi Tri, pekerjaan di dapur bukan sekadar mencari nafkah.



"Rasanya ringan, Mas. Tapi yang paling saya suka, di sini suasananya penuh kekeluargaan. Kami semua seperti keluarga," tuturnya sambil tersenyum.



Sebagai pengawas dapur, Tri bertanggung jawab memastikan proses penyajian makanan berjalan sesuai waktu.



"Kadang kita dikejar waktu, harus selesai jam 11 (pukul 11.00 WIB) tapi semua dikerjakan bareng-bareng," katanya.



Sebelum bergabung dengan dapur MBG, penghasilan Tri hanya berasal dari angkringan kecil. Kini, tambahan pekerjaan itu membuat ekonominya lebih stabil.



"Jelas bertambah. Waktu pertama kerja di sini, anak saya masih kuliah. Jadi bisa bantu biaya kos dan kebutuhan lainnya," katanya.



Kini, anak Tri sudah bekerja di salah satu rumah sakit, dan istrinya juga ikut bekerja.



"Alhamdulillah, kehidupan sekarang cukup. Tambahan dari sini sangat membantu," ujarnya.



Tri mengaku, sebagian besar penghasilan tambahan digunakan untuk keperluan rumah tangga dan menabung.



"Kita kan masih punya anak perawan. Jadi ya disiapkan buat nanti nikahan, atau perbaikan rumah. Kalau ada sumbangan atau kebutuhan mendadak juga bisa teratasi," tuturnya.



Tak hanya dirinya yang merasakan manfaat, Tri juga melihat bagaimana program ini membuka peluang kerja bagi warga sekitar.



"Untuk dapur satu, banyak dari mereka yang dulu pramusaji. Dapur dua malah direkrut dari warga sekitar Karangpakis dan Jepangpakis. Jadi hampir separuh pekerja di sini warga setempat," jelasnya.



Sementara sisanya berasal dari desa lain yang memang membutuhkan pekerjaan.



"Artinya, program ini bukan cuma membantu anak sekolah makan bergizi, tapi juga memberi penghidupan bagi banyak orang," ujar Tri.



Salah satu karyawan SPPG di Jepangpakis, Nurwati (52), mengatakan, dia sangat bersyukur karena bisa bekerja di tempat tersebut. Karyawan bagian packing dapur penyedia makanan MBG itu mengaku, penghasilannya bisa bertambah.



"Awalnya ditawari teman. Alhamdulillah bisa kerja di sini, bisa bantu keluarga buat bayar sekolah dan tambahan belanja," tutur Nurwati, saat ditemui di dapur MBG di Kudus itu.



Nurwati mengaku, bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan yang sekaligus masih memberinya waktu untuk keluarga.



"Saya masuk jam 04.00, pulang jam 12.00. Jadi masih ada waktu buat keluarga," ujar dia.



Menurut Nurwati, suasana kerja di dapur MBG terasa hangat dan kompak.



"Kalau ada teman yang enggak masuk, kita kerjakan bareng-bareng. Enggak berat sih, karena semuanya saling bantu. Rasanya seperti keluarga," ungkapnya.



Nurwati menambahkan, semua pekerja disiplin menjaga kebersihan dan higienitas makanan yang diolah.



"Kalau ambil makanan pakai sarung tangan, kuku enggak boleh panjang, terus kalau pilek enggak boleh masuk. Kita juga wajib pakai masker," jelasnya.



Dengan penghasilan tambahan dari pekerjaan ini, Nurwati mengaku kehidupannya terasa lebih ringan. Apalagi suaminya sudah meninggal.



Baginya, program MBG bukan hanya soal makanan bergizi untuk siswa, tetapi juga bentuk kepedulian sosial terhadap para ibu rumah tangga yang membutuhkan pekerjaan.



"Semoga program MBG ini terus lancar sampai ke depan. Soalnya sangat meringankan ibu-ibu yang nganggur. Semua senang bisa kerja dan bantu keluarga," katanya.
 #jateng #fyp #jangkauansemuaorang #virals




SHARE THIS

Author:

0 komentar: